Puisiku

AYAH
Rabu, 3 November 2010 pkl 02.28 am

Hiruk pikuk bangunkan ia dari tidur lelapnya
Udara dingin pagi itu tak mengendorkan semangatnya
Sinar sang mentari pagi pun mulai mengiringi langkahnya
Langkah yang tak pernah terhenti meski t’lah termakan usia

Saat lelah dan letih mulai terasa
Saat terik sang surya mulai membakar kulitnya
Bukan keluh yang terucap dari bibirnya
Tapi semangatlah yang semakin terpancar dari sinar matanya

Tuhan, lindungilah Dia!
Ayah yang selalu membuka mata demi masa depan anaknya

Namun kini, sosoknya tak lagi seperti dulu
Tubuh yang kekar kini kurus dan layu
Semangat yang dulu berkobar-kobar kini redup seiring dengan waktu
Ayah, inikah akhir dari perjuanganMu?

Sadarlah kawan, betapa berat dan pedihnya perjuangan mereka
Tak sepantasnya semua itu kita balas dengan rasa kecewa
Hormati dan berbaktilah kepada orang tua selagi mereka masih ada
Agar tak ada rasa penyesalan ketika mereka telah tiada








   Perjuangan dan Cita-Cita
 Oleh : vindy sastraputra ks


Seiring tetes-tetes air mata sang bunda
Bersama isak tangis orang-orang tercinta
Aku melangkah tinggalkan sanak saudara
Demi cita-cita yang membara dalam dada

          Senada kicau burung menyambut pagi
          Sehangat pancaran mentari dipagi hari
          Aku bertekad demi masa depanku nanti
          Kan ku gapai semua angan dan mimpi

Detak-detak jantungku semakin berpacu
Tat kala kampung halamanku kian jauh
Tak terasa menetes air mataku menahan pilu
Oh Tuhan, tabahkanlah hatiku

          Detik demi detik berusaha aku lewati
          Hingga menit berganti jam, jam pun berganti hari
          Hari demi hari selalu ku telusuri
Tuk menapak cita-cita yang kian terpatri

Duhai kawan………
Sungguh berat nian perjuangan ini
Demi masa depan yang membentang
Apalah arti semua derita selama ini

          Perjuangan pertama kini telah usai
Namun, perjuangan selanjutnya segera menanti
Mari kita songsong masa depan yang cerah
Demi cita-cita Nusa dan Bangsa







0 komentar:

Posting Komentar